TugasKelompok/Ekonomi/Akuntansi/1eb07/WahyuGunawan/29213199

NAMA KELOMPOK :
1. ADE SATRIYO             (20213152)
2. ANNISA NURWIDIATI (21213147)
3. SYNTHIA JULIAYATI    (28213779)
4. WAHYU GUNAWAN     (29213199)

Dalam Perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini tergolong kepada sektor riil dalam perekonomian, dimana sektor riil inilah yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis global.
UMKM dapat membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh JOSEPH ALOIS SCHUMPETER seorang ahli ekonomi Amerika bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kewirausahaan (entrepreneurship) , dimana UMKM termasuk di dalamnya.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sudah cukup menjelaskan bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan Indonesia dengan pihak asing yang terlalu banyak menyebabkan ketergantungan yang rentan akan krisis. Ketergantungan tersebut dapat menyebabkan Indonesia ikut – ikutan collapse pada saat pihak asing collapse, tidak hanya rakyat miskin yang dibuat menderita tetapi juga konglomerat yang terlilit hutang.
Berdasarkan data BPS di Indonesia dari tahun 1997 hingga pada tahun 1998 menunjukkan bahwa UMKM dapat bertahan terhadap serangan krisis. Tabel penyerapan tenaga kerja pada 1997 menunjukkan perusahaan kecil 57,40 juta (87,62%), perusahaan sedang 7,7 juta (11,75%) dan perusahaan besar 0,393 juta (0, 61%).Sedangkan pada 1998 menunjukkan perusahaan kecil 57,34 juta (88,66%), perusahaan sedang 6,9 juta (10,78%) dan perusahaan besar 0,364 juta (0, 56%).
Lebih jauh lagi SHUJIRO URATA (Jica : 2000) mengungkapkan bahwa sumbangan UMKM terhadap lapangan pekerjaan sebesar 99,44% ; sumbangan UMKM bagi perekonomian nasional sebesar 59, 36%.
Bila melihat data dari BPS tahun 2007, terdapat 49,8 juta atau 99,99%  unit usaha yang ada di Indonesia. Dengan jumlah yang begitu besar, UMKM merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak. Dimana UMKM mampu menyerap 91,8 juta pekerja atau 97,3%. Kontribusi terhadap PDB sebesar Rp. 2.121.3 triliun atau 53,6%.
Nilai investasi yang cukup signifikan sebesar Rp. 369,8 triliun atau 46,2 % dan kinerja ekspor non- migas sebesar Rp. 122,2 triliun atau 20,1 %. Hingga saat ini, tercatat UMKM mampu menyokong 40% dari total pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
Di Amerika Serikat 99% dari bentuk bisnis adalah Usaha Kecil dan Menengah, dan Usaha Kecil dan Menengah inilah yang menciptakan 75% dari lapangan kerja baru yang ada. Besarnya Peranan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi menyebabkan pentingnya dilakukan perhatian khusus dalam sektor ini terutama dalam pembiayaan modal UMKM.
UMKM di Indonesia sebagai salah satu fondasi perekonomian yang kuat masih memiliki beberapa masalah dalam perkembangannya. Masalah yang tergolong krusial dalam perkembangan UMKM sendiri adalah seperti pembiayaan UMKM, wawasan masyarakat mengenai strategi pemasaran, dan hak intelektual.
Menurut data statistik Bank Indonesia mengenai net ekspansi kredit UMKM pada bulan April 2013 (data terbaru) menunjukkan bahwa net ekpansi kredit yang diberikan pada UMKM secara keseluruhan mencapai 17.670,2 miliar rupiah, dimana jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan april 2012 sejumlah 11.830,9 miliar rupiah. Walaupun terjadi peningkatan pada April 2012 ke April 2013 , namun jumlah ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan Juni 2012 yang mencapai 50.530,3 miliar rupiah.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut
1. Nilai Tambah
Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.
2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.
3. Ekspor UKM
Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun 2006.

Pembiayaan yang diberikan dari sektor formal seperti perbankan terhadap UMKM jelas tergolong masih rendah, hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh pinjaman dari sektor formal seperti perbankan dimana masyarakat harus mengikuti berbagai macam alur administrasi dan pengembalian pokok hutang dengan bunga yang cukup besar. Selain itu juga perbankan takut untuk memberikan kredit bagi UMKM akibat tingginya Non – performing loan (NPL) perbankan dari sektor UMKM.
Indonesia sebagai Negara yang menganut dual banking system seharusnya menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat karena akan semakin banyak pilihan untuk mengajukan kredit usaha. Bank Konvensional dan Bank Syariah yang jumlahnya banyak seharusnya menjadi solusi pembiayaan UMKM secara umum. Selain itu juga ada Bank perkreditan rakyat yang memberikan pinjaman kepada masyarakat untuk merintis usaha. Namun Bank Perkreditan Rakyat ini cakupannya masih kecil jika dibandingkan dengan Bank Konvensional dan Syariah.
Selain itu juga ada koperasi. Sistem koperasi yang dahulu sangat berkembang sebagai salah satu instrument untuk meningkatkan perekonomian. Koperasi tergolong kepada lembaga keuangan mikro yang dapat membantu UMKM dalam proses pembiayaannya. Namun jika koperasi dikelola dengan kurang baik maka hal ini akan berdampak pada pembiayaan yang kurang baik juga.
Jika alur administrasi di sektor formal seperti perbankan dan koperasi tidak dibenahi maka masyarakat akan cendrung untuk mengambil pembiayaan dari sektor informal dimana alur administrasinya cendrung lebih sederhana walaupun bunga pengembalian pokok hutang biasanya lebih besar dibandingkan dengan sektor formal.
Masalah pembiayaan tidak hanya terbatas pada saat sebuah usaha didirikan tetapi juga pada saat pengoperasian usaha tersebut. Bagaimana barang modal dan segala kebutuhan dari usaha dapat dipenuhi dan membantu proses produksi agar efisien. Masalah pembiayaan yang hanya berhenti pada saat pendiria sebuah usaha akan berdampak pada inefisiensi dan kurangnya kapabilitas entitas tersebut.
Contoh yang terjadi di lapangan adalah tahun 2012 lalu ada hotel di Dubai yang seluruh dinding dan seprainya ingin memakai tenun. Proyek itu sangat besar, namun terpaksa ditolak oleh salah satu UKM karena mereka belum sanggup memproduksi massal karena masalah peralatan dan SDM. Hal ini sangatlah disayangkan, padahal peluang yang sudah ditawarkan didepan mata merupakan peluang emas yang dapat membuka pintu baru bagi usaha tersebut.
Selain masalah pembiayaan yang berdampak pada operasional UMKM, wawasan atau tingkat sumber daya manusia juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan di Indonesia. Seperti halnya kasus hotel di Dubai yang ingin memakai tenun untuk keseluruhan dindingnya terhentikan akibat keterbatasan Sumber Daya Manusia dari UMKM tersebut. Menjadi hal yang sangat disayangkan ketika peluang yang ada tidak diambil akibat beberapa keterbatasan.
Pengetahuan juga menjadi salah satu unsur penting dari peningkatan sumber daya manusia. Pemberian training soft skill dan semacamnya juga menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah, namun kembali lagi kepada empirisnya apakah hal itu berjalan dengan efektif atau tidak. Seperti halnya yang dilakukan oleh kementerian perdagangan Republik Indonesia yang memberikan training mengenai desain produk dan interior dan juga informasi pentingnya hak paten bagi pengusaha. Yang juga disertai dengan memberikan fasilitas atau akses untuk mendapatkan informasi pemodalan ke lembaga keuangan.
Program – program seperti ini harus lebih digencarkan lagi dalam rangka meningkatkan kapabilitas suatu UMKM, sehingga UMKM dapat lebih kuat lagi dalam menyokong perekonomian bangsa. Dua masalah yang sangat sulit memang dipecahkan dalam perkembangan UMKM yaitu pembiayaan dan peningkatan sumber daya manusia. Namun untuk mengembangkan UMKM sebagai tameng dan fondasi perekonomian tantangan itu harus dipecahkan untuk mengembangkan UMKM dan meningkatkan perekonomian menjadi lebih baik.

MENURUT PENDAPAT KELOMPOK KAMI
Dengan berbagai spesifikasinya, terutama modalnya yang kecil sampai tidak terlalu besar, dapat merubah produk dalam waktu yang tidak terlalau lama dan manajemennya yang relatif sederhana serta jumlahnya yang banyak dan tersebar di wilayah nusantara, menyebabkan UMKM memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap berbagai gejolak ekonomi. Dan UMKM juga terbukti dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak di banding Usaha besar yang artinya dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak UMKM dapat membantu kesejahteraan perekonomian Indonesia.

Daftar Pustaka
http://www.beritasatu.com/ekonomi/116966-permasalahanpermasalahan-yang-dihadapi-ukm-di-indonesia.html
http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Indonesia/spi_0413.htm
http://www.bi.go.id/web/id/UMKMBI/Kredit+Perbankan/Data+Kredit+UMKM/kredit_umkm_0413.htm
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2&id_subyek=35



http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kinerja-ukm-di-indonesia/

Tidak ada komentar